Tuesday, October 22, 2013
BERCERITA UNTUK ANANDA
(http://dewipnfunyearlychildhoodeducation.blogspot.com)
Bercerita untuk ananda-ananda tersayang ternyata tidak mudah dilakukan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan,antara lain:
1. Pemilihan Tema dan judul yang tepat
Bagaimana cara memilih tema cerita yang tepat berdasarkan usia anak? Seorang pakar psikologi pendidikan bernama Charles Buhler mengatakan bahwa anak hidup dalam alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya “menari-nari”. Bagi anak-anak, hal-hal yang menarik, berbeda pada setiap tingkat usia, misalnya;
a.sampai ada usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor, seperti: Si wortel, Tomat yang Hebat, Anak ayam yang Manja, kambing Gunung dan Kambing Gibas, anak nakal tersesat di hutan rimba, cerita nenek sihir, orang jahat, raksasa yang menyeramkan dan sebagainya.
b.Pada usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, seperti; Perjalanan ke planet Biru, Robot pintar, Anak yang rakus dan sebagainya
c.Pada usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage), seperti: Persahabatan si Pintar dan si Pikun, Karni Juara menyanyi dan sebagainya
2. Waktu Penyajian
Dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut;
a.Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit
b.Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10 -15 menit
c.Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit
Namun tidak menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang, apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak dirangsang oleh penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris.
3. Suasana (situasi dan kondisi)
Suasana disesuaikan dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya. Pendidik dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa cerita untuk segala suasana.
PRAKTEK BERCERITA
1.Teknik Bercerita
Pendidik perlu mengasah keterampilannya dalam bercerita, baik dalam olah vokal, olah gerak, bahasa dan komunikasi serta ekspresi. Seorang pencerita harus pandai-pandai mengembangkan berbagai unsur penyajian cerita sehingga terjadi harmoni yang tepat.
Secara garis besar unsur-unsur penyajian cerita yang harus dikombinasikan secara proporsional adalah sebagai berikut : (1) Narasi (2) Dialog (3) Ekspresi (terutama mimik muka) (4) Visualisasi gerak/Peragaan (acting) (5) Ilustrasi suara, baik suara lazim maupun suara tak lazim (6) Media/alat peraga (bila ada) (7) Teknis ilustrasi lainnya, misalnya lagu, permainan, musik, dan sebagainya.
2. Mengkondisikan Anak
Tertib merupakan prasyarat tercapainya tujuan bercerita. Suasana tertib harus diciptakan sebelum dan selama anak-anak mendengarkan cerita. Diantaranya dengan cara-cara sebagai berikut:
a.Aneka tepuk: seperti tepuk satu-dua, tepuk tenang, anak sholeh dan lain-lain. Contoh;
Jika aku (tepuk 3x)
sudah duduk (tepuk 3x)
maka aku (tepuk 3x)
harus tenang (tepuk 3x)
sst…sst..sst…
b.Simulasi kunci mulut: Pendidik mengajak anak-anak memasukkan tangannya ke dalam saku, kemudian seolah-olah mengambil kunci dari saku, kemudian mengunci mulut dengan kunci tersebut, lalu kunci di masukkan kembali ke dalam saku
c.“Lomba duduk tenang”, Kalimat ini diucapkan sebelum cerita disampaikan, ataupun selama berlangsungnya cerita. Teknik ini cukup efektif untuk menenangkan anak, Apabila cara pengucapannya dengan bersungguh-sungguh, maka anak-anak pun akan melakukannya dengan sungguh-sungguh pula.
d.Tata tertib cerita, sebelum bercerita pendidik menyampaikan aturan selama mendengarkan cerita, misalnya; tidak boleh berjalan-jalan, tidak boleh menebak/komentari cerita, tidak boleh mengobrol dan mengganggu kawannya dengan berteriak dan memukul meja. Hal ini dilakukan untuk mencegah anak-anak agar tidak melakukan aktifitas yang mengganggu jalannya cerita
e.Ikrar, Pendidik mengajak anak-anak untuk mengikrarkan janji selama mendengar cerita, contoh:
Ikrar..!
Selama cerita, Kami berjanji
1.Akan duduk rapi dan tenang
2.Akan mendengarkan cerita dengan baik
f. Siapkan hadiah!, secara umum anak-anak menyukai hadiah. Hadiah men dorong untuk anak-anak untuk mendapatkannya, meskipun harus menahan diri untuk tidak bermain dan berbicara. Bisa saja kita memberikan hadiah imajinatif seperti makanan, binatang kesayangan, balon yang seolah-olah ada di tangan dan diberikan kepada anak, tentu saja diberikan kepada anak-anak yang sudah akrab dengan kita, seringkali teknik ini menimbulkan kelucuan tersendiri.
3. Teknik Membuka Cerita
”Kesan pertama begitu menggoda selanjutnya ….terserah anda”, Kalimat yang mengingatkan kita pada salah satu produk yang diiklankan. Hal ini mengingatkan pula betapa pentingnya membuka suatu cerita dengan sesuatu cara yang menggugah. Mengapa harus menggugah minat? Karena membuka cerita merupakan saat yang sangat menentukan, maka membutuhkan teknik yang memiliki unsur penarik perhatian yang kuat, diantaranya dapat dilakukan dengan:
Pernyataan kesiapan : “Anak-anak, hari ini, Ibu telah siapkan sebuah cerita yang sangat menarik…” dan seterusnya.
Potongan cerita: “Pernahkah kalian mendengar, kisah tentang seorang anak yang terjebak di tengah banjir?, kemudian terdampar di tepi pantai…?”
Sinopsis (ringkasan cerita), layaknya iklan sinetron “Cerita bu Guru hari ini adalah cerita tentang “seorang anak kecil pemberani, yang bertempur melawan raja gagah perkasa perkasa ditengah perang yang besar” (kisah nabi Daud) mari kita dengarkan bersama-sama !
Munculkan Tokoh dan Visualisasi “ dalam cerita kali ini, ada 4 orang tokoh penting…yang pertama adalah seorang anak yang jago main karate, ia tak takut dengan siapapun…namanya Adiba, yang kedua adalah seorang ketua gerombolan penjahat yang bernama Somad, badannya tinggi besar dan bila tertawa..iiih mengerikan karena sangat keras”…HA. HA..HA..HA..HA”, Somad memiliki golok yang sangat besar, yang ketiga seorang guru yang bernama Umar, wajahnya cerah dan menyenangkan…dan seterusnya.
Pijakan (setting) tempat “Di sebuah desa yang makmur…”, “Di pinggir pantai..” “Di tengah Hutan…” “Ada sebuah kerajaan yang bernama ..” “Di sebuah Pesantren…” dan lain-lain.
Pijakan (setting) waktu, “Jaman dahulu kala…” “Jaman pemerintahan raja mataram …” ”Tahun 2045 terjadi sebuah tabrakan komet…” “Pada suatu malam…” “Suatu hari…” dan lain-lain.
Ekspresi emosi: Adegan orang marah, menangis, gembira, berteriak-teriak dan lain-lain.
Musik & Nyanyian “Di sebuah negeri angkara murka, dimulai cerita…(kalimat ini dinyanyikan), atau ambillah sebuah lagu yang popular, kemudian gantilah syairnya dengan kalimat pembuka sebuah cerita.
Suara tak Lazim atau ”Boom” ! : Pendidik dapat memulai cerita dengan memunculkan berbagai macam suara seperti; suara ledakan, suara aneka binatang, suara bedug, tembakan dan lain-lain.
4. Menutup Cerita dan Evaluasi
a.Tanya jawab seputar nama tokoh dan perbuatan mereka yang harus dicontoh maupun ditinggalkan.
b.Doa khusus memohon terhindar dari memiliki kebiasaan buruk seperti tokoh yang jahat, dan agar diberi kemampuan untuk dapat meniru kebaikan tokoh yang baik.
c.Janji untuk berubah; Menyatakan ikrar untuk berubah menjadi lebih baik, contoh “Mulai hari ini, Aku tak akan malas lagi, aku anak rajin dan taat kepada guru!”
d.Nyanyian yang selaras dengan tema, baik berasal dari lagu nasional, popular maupun tradisional
e.Menggambar salah satu adegan dalam cerita. Setelah selesai mendengar cerita, teknik ini sangat baik untuk mengukur daya tangkap dan imajinasi anak.
5. Penanganan Keadaan Darurat
Apabila saat bercerita terjadi keadaan yang mengganggu jalannya cerita, pendidik harus segera tanggap dan melakukan tindakan tertentu untuk mengembalikan keadaan, dari kondisi yang buruk kepada kondisi yang lebih baik (tertib). Adapun kasus-kasus yang paling sering terjadi adalah:
a.Anak menebak cerita. Penanganan: Ubah urutan cerita atau kreasikan alur cerita
b.Anak mencari perhatian. penanganan: sampaikan kepada anak tersebut bahwa kita dan teman-temannya terganggu, kemudian mintalah anak tersebut untuk tidak mengulanginya.
c.Anak mencari kekuasaan. Penanganan: Pendidik lebih mendekat secara fisik dan lebih sering melakukan kontak mata dengan hangat.
d.Anak gelisah. Penanganan: Pendidik lebih dekat secara fisik dan lebih sering melakukan kontak mata dengan hangat, kemudian mengalihkan perhatiannya kepada aktivitas bersama seperti tepuk tangan dan penyanyi yang mendukung penceritaan.
e.Anak menunjukkan ke tidak puasan. Penanganan: Pendidik membisikkan ke telinga anak tersebut dengan hangat ”Adik anak baik, Ibu makin sayang jika adik duduk lebih tenang”
f.Anak-anak kurang kompak. Pananganan: pendidik lebih variatif mengajak tepuk tangan maupun yel-yel.
g.Kurang taat pada aturan atau tata tertib. Penanganan: Pendidik mengulangi dengan sungguh-sungguh tata tertib kelas.
h.Anak protes minta ganti cerita. Penanganan: Katakanlah ”Hari ini ceritanya adalah ini, cerita yang engkau inginkan akan Ibu sampaikan nanti”.
i.Anak menangis. Penanganan: Mintalah orang tua atau pengasuh lainnya membawa keluar.
j.Anak berkelahi. Penanganan: Pisahkan posisi duduk mereka jangan terpancing untuk menyelesaikan masalahnya, namun tunggu setelah selesai cerita
k.Ada tamu. Penanganan: Berikan isyarat tangan kepada tamu agar menunggu, kemudian cerita diringkas untuk mempercepat penyelesaiannya
Suasana cerita sangat ditentukan oleh ketrampilan bercerita pendidik dan hubungan emosional yang baik antara pendidik dengan anak-anak. Beberapa kasus di atas hanyalah sebagian contoh yang sering muncul saat seorang pendidik bercerita, jadi penanganannya bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kreativitas pendidik.
6. Media dan Alat bercerita
Berdasarkan cara penyajiannya, bercerita dapat disampaikan dengan alat peraga maupun tanpa alat peraga (dirrect story). Sedangkan bercerita dengan alat peraga tersebut dibedakan menjadi peraga langsung (membawa contoh langsung:kucing dsb) maupun peraga tidak langsung (boneka, gambar, wayang dsb). Agar bercerita lebih menarik dan tidak membosankan, pendidik disarankan untuk lebih variatif dalam bercerita, adakalanya mendongeng secara langsung, panggung boneka, papan flanel, slide, gambar seri, membacakan cerita dan sebagainya.sehingga kegiatan bercerita tidak menjemukan.
Tuesday, October 8, 2013
FAMILY DAY
Hmmm....tak lengkap rasanya apabila kegiatan yang dilakukan bersama ananda-ananda kami tercinta tidak dilakukan pula bersama para Orangtua. Nah,oleh karena itu,kami dari KB/TKIT Lebah Madu senantiasa berusaha setidaknya satu kali dalam satu tahun ajaran mengadakan suatu kegiatan yang bertemakan 'FAMILY DAY'. Family Day ini dapat diikuti oleh setiap anggota keluarga besar KB/TKIT Lebah Madu. Adapun tempat dan jenis kegiatan yang disajikan untuk Family Day berbeda-beda untuk setiap tahunnya. Seperti ketika tahun ajaran 2011/2012, Family Day dilaksanakan di Hutan Kota,Techno Park-BSD. Wah meski tempat relatif dekat,tapi kami berupaya untuk mengadakan suatu kegiatan yang tidak biasa. Semua keluarga ananda-ananda KB/TKIT Lebah Madupun berkumpul dari Ayah,Ibu,adik,Kakak bahkan terkadang Tante atau bahkan Kakek/Nenek pun diajak ikut serta. :)).
Saat itu,kami bekeerjasama dengan tim ASA yakni salah satu tim pecinta alam untuk menyediakan segala fasilitas outbound untuk anak dan orangtua. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar dan seru.
Family Day T.A 2011/2012
Tidak jauh berbeda dengan Family Day sebelumnya,Family Day tahun berikutnya diadakan agak jauh dari BSD yakni di Taman Wisata Matahari (TWM),Puncak-Bogor. Meskipun berangkat sangat pagi,tapi subhanallah Ayah dan Bunda terlihat sangat bersemangat. Awan Hitam sudah terlihat menggelayut,tapi itu tidak menyurutkan langkah mereka. Seperti halnya senyum yang berkembang dari wajah-wajah mungil ananda kami tersayang begitupula yang tampak pada wajah Ayah dan Bunda. Games-games yang disediakan oleh Fasilitator TWM sangatlah menarik. Hujan deras bahkan mengguyur TWM saat itu,namun tidak seperti yang kami sempat duga,ternyata semangat ayah-bunda dari awal berangkat tak kunjung padam. Kegiatan ananda dan orangtua saat itu memang dipisahkan,sehingga ananda-ananda kami tetap terlindung dari hujan,sedang untuk orangtua ternyata hujan merupakan tantangan tersendiri untuk tetap melaksanakan Games-games tersebut. Terimakasih Ayah,bunda telah mendukung kegiatan ini. Kelelahan,ketegangan semua sirna dengan senyum dan tawa yang ada saat itu. Semoga semua kegiatan ini akan menjadi jembatan untuk lebih mempererat tali silaturahim dan memperlancar komunikasi sekolah dengan keluarga KB/TKIT Lebah Madu. Amin
Family Day T.A 2012/2013
Saturday, October 5, 2013
TIPS MELATIH SIKAP DISIPLIN ANAK PRESCHOOL
(www.benesse-id.com)
Mengajarkan disiplin kepada si kecil yang tengah berada dalam program preschool adalah sebuah tantangan. Pasalnya, pada usia tersebut seorang anak biasanya lebih aktif dan lebih menguji kesabaran kita sebagai orang tua karena rasa ingin tahunya yang tinggi.
Tapi pada satu kasus tertentu, mengajarkan disiplin kepada si kecil tidak harus dengan cara yang “keras”. Ibarat api dilawan dengan api, perilaku disiplin tidak akan diperoleh dan justru hanya sakit hati yang muncul. Ada banyak cara mengajarkan anak preschool untuk menjadi disiplin tanpa harus teriak atau berbuat fisik. Berikut adalah tips-nya:
Pahami makna di balik perilaku
anak
Naomi Aldort, penulis buku “Raising Our Children, Raising Ourselves” mengatakan bahwa sebenarnya setiap anak ingin berperilaku baik. Jika sepertinya mereka melenceng, itu bukan alasan yang sah. Hal yang paling penting adalah untuk mencari tahu mengapa si kecil bisa begitu agresif atau sulit diajak disiplin. Begitu Anda tahu akar permasalahannya, Anda dapat dengan mudah mengajarkan konsep disiplin kepada si kecil.
Jadi, tanya diri Parents sendiri. Apakah si kecil memukul kakaknya adalah bentuk keputusasaan untuk mendapat perhatian dari Anda? Bisa jadi Parents terlalu lama menelepon teman/klien pekerjaan saat ia (si kecil) membutuhkan perhatian.
Fokus pada pengendalian diri Anda, bukan kepada anak Anda
Dr. Katherine, penulis buku “The 101s: A Guide to Positive Disciplne” mengatakan bahwa orang tua harus menjadi role model untuk perilaku anaknya.
“Kita tidak harus melakukan perbuatan negatif di depan anak-anak kita seperti berteriak, memukul, memaki, dan sebagainya,” ujar Dr. Katherine.
Dalam kasus yang ekstrim, ada baiknya Anda mengambil nafas dalam-dalam dan merenung sampai Anda kembali tenang untuk menghadapi si kecil yang sulit disiplin.
Konsisten dengan harapan Anda
Terkadang ada sebagian Parents yang sering mengabaikan perilaku negatif anaknya dengan harapan hal itu akan berlalu dengan sendirinya. Padahal itu salah. Jika anak Anda menggigit temannya, misalnya, Parents harus memegang tangannya dan katakan bahwa perilakunya tersebut tidak bisa di terima. Jika ia tetap melakukannya, maka Parents sebaiknya membawanya keluar dari situasi tersebut.
Berikan perhatian pada perilaku yang Anda suka, bukan yang Anda tidak suka
Anak-anak senang bertingkah karena mereka ingin mendapatkan perhatian Parents. Jadi, sebaiknya ada beberapa tingkah yang sebaiknya Parents hindari supaya mereka tidak terbiasa mencari perhatian dengan cara yang salah. Ketika anak Anda merengek atau mengamuk, boleh sekali-kali Anda berpura-pura tidak mendengarnya atau pura-pura tidak melihat. Itu akan mengajarkan anak Anda ada banyak cara yang lebih baik untuk berkomunikasi.
Anak-anak yang mendengar kata “tidak” atau “jangan” sepanjang waktu, cenderung berperilaku di luar arahan orang tuanya. Jadi, sebaiknya jangan mengatakan kepada anak Anda apa yang tidak boleh dilakukan dan sebaiknya diganti dengan menggunakan kalimat atau ajakan yang lebih positif. Misalnya, ketika si kecil mulai bertingkah di supermarket, Anda bisa meminta si kecil untuk membantu memilih buah atau membantu merapikan barang belanjaan di keranjang belanja.
Friday, October 4, 2013
EVERYTIME IS FUN.....
Mendengarkan dongeng dari PKPU.... hmm...seru...
Sentra peran : Mengenal hujan...:)
Wah...memotong hewan kurban.... (Bermain peran : Idul Adha)
Saatnya....berkreasi dalam seni.. ^_^
Subscribe to:
Posts (Atom)